MEMAHAMI JENIS PELUMAS DAN TEKNIK PELUMASAN
A.
JENIS-JENIS PELUMAS
Seperti yang telah kita bahas pada kesempatan sebelumnya, bahwa lubrikasi atau pelumasan adalah sebuah proses atau teknik untuk
mengurangi gesekan serta keausan atas salah satu atau kedua permukaan yang
saling bersentuhan dan bergerak relatif terhadap satu sama lain, dengan
memberikan zat pelumas di antara keduanya. Sedangkan bahan yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan antara kedua permukaan tersebut disebut dengan pelumas.
Bahan pelumas menjadi komponen utama pada setiap sistem lubrikasi.
Berbagai tipe pelumas telah dikembangkan dan terus diinovasikan untuk
disesuaikan dengan kebutuhan mesin yang ada. Luasnya penggunaan bahan pelumas
menjadikan penting untuk kita pahami sistem klasifikasi bahan-bahan pelumas
tersebut. Pelumas dapat diklasifikasikan menjadi beberapa cara yakni
pengklasifikasian secara umum, pengklasifikasian berdasarkan aplikasinya, serta
pengklasifikasian berdasarkan zat aditifnya.
Secara umum bahan pelumas diklasifikasikan berdasarkan wujud dari
materialnya, yakni liquid (cair), semi liquid (grease), dan padat.
Pelumas liquid sangat kita pahami sebagai pelumas oli dan cukup lazim kita
temui sebagai pelumas mesin kendaraan bermotor, gearbox, ataupun
sistem lainnya. Pelumas semi liquid lebih dikenal sebagai greasememiliki
kekentalan lebih tinggi dibandingkan dengan pelumas oli dan memang cenderung
lebih "padat" daripada oli. Sedangkan pelumas padat memiliki wujud
padat dan dibutuhkan pada kasus-kasus tertentu yang tidak dimungkinkan untuk
menggunakan pelumas oli maupun grease.
1.
Pelumas
Cair
Sebagian besar pelumas oli yang beredar di pasaran dan
paling banyak penggunaannya terbuat dari bahan dasar minyak bumi. Oleh karena
itulah sering kali kita menyebutnya sebagai mineral oil,
yakni oli yang berbahan dasar dari minyak bumi hasil tambang (mining).
Oli mineral dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu Paraffinic, Naphtenic,
dan Aromatic. Pengklasifikasian tersebut dilakukan berdasarkan
sifat kimiawi serta fisika dari berbagai jenis oli mineral.
a.
Oli Paraffinic (parafin) diproduksi melalui
proses pemecahan molekul hidrokarbon minyak bumi atau biasa dikenal
dengan hydrocracking. Sebagian besar molekul oli parafin memiliki
struktur molekul rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercincin. Oli parafin
memiliki kestabilan viskositas dan tahan terhadap oksidasi. Oli ini memiliki
titik temperatur bakar tinggi serta titik temperatur alir (pour point)
tinggi. Pour point (titik alir) adalah titik temperatur dimana
sebuah cairan memadat dan kehilangan kemampuannya untuk mengalir. Oli parafin
sangat baik digunakan pada mesin manufaktur, untuk pelumas mesin industri,
serta pada proses produksi industri karet, tekstil, dan kertas.
b.
Oli Naphtenic diproduksi dari minyak bumi
melalui proses distilasi atau penyulingan. Sebagian besar molekul oli naphtenic memiliki
struktur cincin hidrokarbon jenuh. Dengan struktur kimia semacam itu, oli tipe
ini memiliki tingkat viskositas rendah, titik bakar rendah (mudah terbakar),
titik alir rendah, serta ketahanan terhadap oksidasi yang relatif rendah.
Karena sifatnya yang mudah terbakar, maka oli naphtenic lebih
cocok digunakan pada kondisi temperatur kerja rendah, terutama untuk pendingin
trafo industri, serta pendingin pada proses permesinan.
c.
Aromatic oil merupakan
hasil dari proses pemurnian lebih lanjut dari oli parafin. Melalui proses
pemurnian tersebut didapatkan oli dengan struktur hidrokarbon cincin-tak-jenuh.
Cincin hidrokarbon tersebut bersifat jauh lebih stabil dan tidak mudah putus,
sehingga oli aromatik memiliki titik bakar lebih tinggi. Pelumas oli aromatik
berwarna hitam dan sangat lazim digunakan sebagai bahan sealmanufaktur,
serta sebagai perekat dan pengencer produksi aspal.
Pelumas oli mineral memiliki
keterbatasan paling besar yakni kurangnya ketahanan terhadap temperatur kerja
tinggi. Aromatic oilmemang memiliki ketahanan terhadap temperatur
tinggi, akan tetapi tingkat kekentalannya terlalu besar sehingga tidak mudah
digunakan sebagai pelumas mesin. Solusi dari kelemahan tersebut adalah
dibuatnya oli melalui proses sintesa sehingga didapatkan oli dengan spesifikasi
terbaik sesuai dengan yang dibutuhkan. Pelumas jenis ini biasa kita kenal
sebagai oli sintetis, sebab oli tipe ini tidak berasal
dari minyak bumi melainkan dari bahan organik maupun anorganik yang melewati
proses-proses khusus sehingga didapatkan spesifikasi yang dibutuhkan terutama
ketahanan terhadap temperatur tinggi.
Pelumas oli sintetis memiliki
beberapa tipe yang diklasifikasikan berdasarkan perbedaan karakteristiknya,
yakni:
a.
Polyalphaolefins (PAO)
menjadi oli sintetis yang paling populer digunakan. Struktur kimia dan
karakteristik PAO identik dengan oli mineral. Oli sintetis hidrokarbon jenis
ini diproduksi melalui proses polimerisasi molekul hidrokarbon dari gas etilen
dengan menggunakan katalisator logam.
b.
Polyglycols (PAG).
PAG diproduksi dari proses oksidasi etilena dan propilena. Hasil oksidan
selanjutnya dipolimerisasi unti membentuk polyglycol. Oli jenis ini
bersifat larut di dalam air, memiliki koefisien gesekan rendah, serta tahan
terhadap tekanan kerja tinggi sekalipun tidak ditambahkan aditif tekanan
tinggi.
c.
Oli Ester.
Tipe oli sintetis berikut diproduksi dengan mereaksikan asam dan alkohol dengan
air. Karakter oli ester adalah ketahannya terhadap temperatur tinggi dan
rendah.
d.
Silikon.
Silikon termasuk ke dalam polimer inorganik yang memiliki struktur molekul
rantai berbentuk seperti tulang belakang dengan gugusan Si=O. Oli sintetis tipe
ini yang paling populer adalah polydimethylsiloxane (PDMS)
dengan monomer (CH3)2SiO. PDMS diproduksi dari silikon
dan metilklorida. Contoh lain oli sintetis tipe ini adalah polymethylphenylsiloxane dan polydiphenylsiloxane.
Viskositas oli silikon tergantung dari panjang molekul polimer serta derajat
sambungan silang (cross-link) molekulnya. Sambungan pendek tidak silang
molekul menghasilkan oli yang encer, sedangkan sambungan panjang silang molekul
akan menghasilkan oli silikon elastis. Pelumas silikon mampu bekerja pada
kisaran temperatur -73°C hingga 300°C.
Perpaduan antara oli
mineral dengan oli sintetis biasa disebut dengan oli semi-sintetis.
Dengan campuran maksimal sebanyak 30% oli sintetis, diharapkan akan didapatkan
pelumas dengan kualitas tidak jauh berbeda dengan oli murni sintetis, namun
dengan harga yang lebih terjangkau. Oli sintetis memang dikenal mahal karena
proses pembuatannya yang lebih rumit dibandingkan dengan biaya mengolah oli
mineral.
Kelebihan pelumas
oli:
·
Kelebihan yang paling utama adalah sangat cocok
digunakan pada mesin-mesin putaran tinggi.
·
Memiliki viskositas rendah sehingga mudah membentuk
lapisan film pelumas di setiap permukaan logam yang dilindungi dan memastikan
selalu ada jarak antara dua permukaan komponen yang bertemu.
·
Karena berfase cair maka ia sangat mudah menyerap dan
memindahkan panas.
Kekurangan
pelumas oli:
·
Membutuhkan ruang yang lebih besar untuk menampung
oli.
·
Membutuhkan sistem sealing untuk
mencegah oli bocor keluar.
·
Membutuhkan tambahan sistem pendingin jika pelumas
bekerja pada temperatur ekstrim.
·
Tidak tahan terhadap oksidasi, kontaminasi air, dan
pengotor-pengotor seperti debu atau yang sejenisnya.
2.
Pelumas
Semi-Cair (Grease)
Pelumas grease dibuat dengan jalan mengemulsi oli mineral
atau oli nabati dengan pengemulsi metalik atau air pada suhu 400-600°F
(204-316°C). Melalui proses ini didapatkan sebuah jenis pelumas yang memiliki
tingkat kekentalan tinggi melebihi viskositas oli dan cenderung padat. Grease memiliki
karakteristik khas, yang membuatnya sangat cocok digunakan pada sebuah sistem
mekanis yang hanya bisa dilubrikasi secara berkala, serta sistem yang tidak
mungkin dapat dilubrikasi oleh oli. Grease juga berfungsi
sebagai sealent untuk mencegah masuknya air atau material lain
ke dalam sistem mesin.
Karakteristik grease ditentukan
oleh tipe oli (mineral, sintetis, nabati, atau lemak hewani), tipe pengemulsi
(litium, sodium, kalsium, garam-garaman), serta aditif yang digunakan sebagai
bahan baku (tekanan tinggi, perlindungan korosi, anti oksida, dan lain
sebagainya). Berikut adalah enam macam grease berdasarkan
parameter-parameter di atas:
a.
Campuran Oli Mineral dengan
Padatan. Greasetipe ini sangat cocok digunakan
pada peralatan-peralatan dengan beban sangat tinggi serta bekerja pada
kecepatan rendah. Contohnya adalah pengaduk bahan beton, dan bearingpada conveyor alat
konstruksi berat.
b.
Campuran Oli Aspal dengan Oli
Ringan. Pelumas tipe ini tergolong sebagai greaseringan
dengan kekentalan sedikit rendah. Sangat cocok digunakan pada komponen-komponen
terbuka yang bertemu langsung dengan atmosfer. Kelebihan utama dari pelumas ini
adalah kemampuannya untuk membentuk lapisan film yang mampu bertahan pada
temperatur panas maupun dingin.
c.
Extreme-Pressure Grease (EP
Grease). Karakteristik unik dari EP Grease adalah
adanya penambahan aditif khusus yang membuatnya memiliki kekuatan sangat baik
untuk diaplikasikan pada berbagai macam kondisi ekstrim. Pelumas ini membentuk
lapisan film yang justru bersifat mencegah pelumas untuk terlepas dari dua
permukaan komponen, sehingga mencegah kedua permukaan komponen tersebut untuk
bergesekan secara langsung. Lapisan film ini terbentuk dari adanya reaksi kimia
antara logam dengan zat aditif pada grease, dan justru akan semakin
kuat jika ada tekanan lebih terhadap grease.Beberapa zat aditif
yang digunakan pada grease ini antara lain adalah klorin,
fosfor, sulfur aktif maupun pasif, zinc, timbal, serta asbestos.
Pemilihan zat aditif sangat bergantung dari jenis penggunaan grease seperti
beban, kecepatan, kondisi permukaan, serta karakteristik mesin.
d.
Roll-Neck (RN) Grease,
RN grease sangat lazim digunakan pada bearing sederhana
pada mesin-mesin berputar. Grease tidak memiliki karakteristik
istimewa sehingga hanya cocok digunakan pada bearing dengan
beban kerja rendah.
e.
Soap Thicked Mineral Oils (STMO), Grease tipe
ini menjadi yang paling banyak digunakan di dunia industri, sebab ia
menggunakan oli mineral sebagai bahan utamanya dengan penambahan zat aditif
kimia yang disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan. Zat aditif tersebut antara
lain adalah sodium, barium, lithium, kalsium, serta aluminium.
f.
Grease Multi-Fungsi, Grease multi-fungsi
memiliki karakteristik unik yaitu menggabungkan dua atau lebih sifat-sifat
dari grease tertentu. Dengan cara ini akan didapatkan satu
jenis grease yang mampu bekerja untuk beberapa kondisi
berbeda. Dengan metode ini, bahkan kita dapat membuat satu jenis grease multi-fungsi
untuk menggantikan hingga enam grease khusus. Sebagai
contoh greaseyang menggunakan emulsi lithium, selain memiliki
ketahanan terhadap air dan korosi, ia juga memiliki ketahanan mekanis dan
oksidasi yang baik.
Kelebihan grease:
·
Bertahan di hanya satu titik pelumasan yang
diperlukan.
·
Tidak mudah rusak karena cat ataupun partikel-partikel
debu atmosfer.
·
Tidak memerlukan pemberian grease yang
terlalu sering.
·
Cocok digunakan pada poros tegak/vertikal.
·
Membantu proses sealing karena tidak
mudah ditembus partikel debu.
·
Tahan air.
·
Cocok digunakan pada mesin dengan beban kejut,
kecepatan rendah, serta beban tinggi.
Kekurangan grease:
·
Karena wujudnya yang semi-solid, maka sifatnya tidak
dapat menjadi pendingin.
·
Sekali saja pengotor debu masuk dan bercampur dengan grease,
ia tidak dapat dibersihkan. Sehingga partikel tersebut akan menjadi gangguan
nagi performa grease.
3. Pelumas Padat
Pelumas padat atau juga dikenal dengan pelumas kering memiliki bentuk fase
padat. Karakter gesekan kecil pada permukaan bahan pelumas padat tersebut
terjadi karena struktur molekul berlapis dengan ikatan lemah antar lapisan
molekulnya. Masing-masing lapisan molekul dapat bergeser relatif terhadap
lapisan yang lain hanya dengan sedikit gaya saja, inilah yang membuat pelumas
padat memiliki gaya gesekan rendah.Bahan yang paling banyak dikenal sebagai
pelumas padat yaitu grafit, molibdenum disulfida, heksagonal boron nitrida,
serta tungsten disulfida.
a.
Grafit banyak
digunakan di kompresor udara, industri makanan, sambungan rel kereta, roda gigi
terbuka, ball bearing, serta alat-alat perbengkelan. Grafit juga
lazim digunakan pada gembok dan mesin kunci. Hal ini dilakukan karena jika
digunakan oli untuk melumasi mesin kunci, debu-debu di udara justru mudah
menempel dan akan cepat merusak komponen-komponen mesin. Grafit mampu bekerja
hingga temperatur 900°F (482°C). Di atas temperatur tersebut grafit akan
teroksidasi dan meningkatkan nilai koefisien geseknya.
b.
Molibdenum disulfida (MoS2)
menjadi bahan pelumas padat kedua setelah grafit yang paling banyak digunakan.
MoS2 memiliki karakter unik yang berbeda dengan grafit, jika
grafit membutuhkan kelembaban dalam udara untuk melubrikasi komponen mesin,
molibdenum disulfida tidak membutuhkan kelembaban tersebut. Bahkan MoS2 mampu
bekerja pada kondisi udara vakum, karena hal inilah ia cocok digunakan pada
peralatan-peralatan ruang angkasa.Di udara bebas molibdenum disulfida mampu
bertahan hingga temperatur 700°F (371°C), di atas temperatur tersebut akan
mengakibatkan MoS2 teroksidasi membentuk MoO3 dan
SO2. Oksidasi tersebut bersifat menyerap kelembaban udara dan
menaikkan koefisien gesekannya. Pada kondisi vakum yang tidak dimungkinkan
terjadi proses oksidasi, molibdenum disulfida mampu bertahan hingga temperatur
2100°F (1150°C).
c.
Pelumas padat Heksagonal Boron Nitrida (h-BN)
sangat baik bekerja pada temperatur rendah dan tinggi bahkan hingga 900°C.
Pelumas ini sangat cocok digunakan apabila sifat konduktivitas listrik serta
reaktifitas kimia dari grafit menjadi masalah. Kelebihan lain dari h-BN
dibandingkan dengan grafit adalah sifat lubrikatifnya yang tidak memerlukan
molekul air atau gas untuk terperangkap di antara lapisan-lapisan molekulnya.
Karena itulah h-BN juga cocok digunakan pada kondisi vakum seperti halnya
molibdenum desulfida.
d.
Polytetrafluoroethylene (PTFE)
menjadi bahan pelumas padat dikarenakan molekul penyusunnya yang mudah bergeser
relatif terhadap molekul lainnya dengan hanya diberikan sedikit gaya geser.
PTFE baik digunakan pada kondisi vakum maupun lingkungan atmosfer (hingga
290°C).
Kelebihan
pelumas padat:
·
Lebih efektif ketimbang pelumas oli pada mesin dengan
beban tinggi.
·
Sangat stabil pada kondisi temperature tinggi, serta
pada kondisi lingkungan beradiasi dan reaktif.
·
Membuat desain mesin menjadi lebih sederhana karena
tidak dibutuhkan ruang lebih seperti jika menggunakan pelumas oli.
·
Kebersihan mesin lebih terjaga.
Kekurangan pelumas padat:
·
Jika sekali saja lapisan film lubrikasi rusak, maka
tidak akan dapat diperbaiki, keseluruhan bagian pelumas padat harus diganti.
·
Koefisien gesekan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan pelumas oli.
·
Mudah aus.
B.
TEKNIK PELUMASAN
1. Sistem
Pelumasan Campur (Mix)
Sistem
pelumasan campur adalah salah satu sistem pelumasan mesin dengan cara mencampur
langsung minyak pelumas (oli campur/samping) dengan bahan bakar (bensin)
sehingga antara minyak pelumas dan bahan bakar bercampur di tangki bahan bakar.
Sifat-sifat sistem pelumasan campur :
- Tangki bahan bakar berada
diatas mesin/ lebih tinggi dari mesin (pengaliran bahan bakar dengan gaya
gravitasi).
- Sistem pelumasan jenis oli yang
paling sederhana
- Pemakaian oli boros, timbul
polusi udara tinggi
- Dipergunakan pada motor 2 Tak
dengan kapasitas kecil.
- Menggunakan oli khusus 2 Tak
yang bersifat mencampur baik dengan bensin dengan campuran 2% – 4% oli
samping.
![]() |
Keterangan :
- Campuran bensin dan oli samping
- Kran bensin
- Karburator
- Ruang engkol
Cara kerja :
Pada
saat kran bensin (2) dibuka, maka campuran bensin dan oli samping (1) akan
mengalir menuju karburator (3) di karburator bensin, oli samping dan udara
bercampur membentuk campuran yang homogen dan masuk kedalam ruang engkol dan
selanjutnya campuran baensin dan oli samping akan melumasi bagian mesin yang
berada di ruang engkol dan didinding silinder. Contoh kendaraan/mesin yang menggunakan
sistem pelumasan jenis ini adalah motor stasioner, vespa.
2. Sistem
Pelumasan Autolube
![]() |
Sistem
pelumasan autolube, oli samping/campur masuk kedalam ruang engkol dipompakan
oleh pompa oli. Sehingga penggunaan oli samping/campur ini lebih efektif sesuai
kebutuhan mesin. Sistem pelumasan ini digunakan pada mesin 2 tak. Oli
samping/campur yang masuk ke dalam ruang engkol tergantung dari jumlah putaran
dan pembukaan katup masuk (Reet Valve).
Cara kerja:
Saat
mesin hidup handle gas ditarik, maka bensin mengalir ke karburator, seiring
dengan tarikan handle gas, pompa oli berputar yang menyebabkan oli
samping/campur ditangki terhisap dan ditekan menuju ruang engkol melalui
saluran dibelakang karburator. Bensin dan oli samping/campur menjadi satu di
belakang karburator yang selanjutnya masuk kedalam ruang engkol dan melumasi
bagian-bagian yang bergerak.
3. Sistem
Pelumasan Percik
Sistem
pelumasan percik adalah sistem pelumasan dengan memanfaatkan gerakan dari
bagian yang bergerak untuk memercikan minyak pelumas ke bagian-bagian yang
memerlukan pelumasan, misal: poros engkol berputar sambil memercikan minyak
pelumas untuk melumasi dinding silinder.
Sistem
pelumasan ini biasanya digunakan pada mesin dengan katup samping (side valve)
dan kapasitas kecil.
![]() |
Gambar 8. Sistem pelumasan percik
|
Cara kerja :
Saat
mesin hidup, poros engkol berputar, bagian poros engkol yang menyerupai sendok
membawa minyak pelumas dan akhirnya minyak pelumas memercik ke atas melumasi
dinding silinder.
4. Sistem
Pelumasan Tekan.
Minyak
pelumas di dalam karter dihisap dan ditekan ke dalam bagian-bagian yang
dilumasi dengan menggunakan pompa oli. Sistem pelumasan ini sangat cocok untuk
melumasi bagian-bagian mesin yang sangat presisi. Aliran minyak pelumas
tergantung pada jumlah putaran mesin, hal ini dikarenakan pompa oli diputarkan
oleh mesin. Sistem pelumasan ini digunakan pada mesin 4 tak dan memiliki
kelebihan pelumasan merata dan teratur. Minyak pelumas yang telah melumasi
bagian-bagian mesin akan kembali ke karter kembali.
![]() |
Cara kerja :
Minyak
pelumas di karter dihisap dan ditekan oleh pompa oli melalui strainer dan
dipompakan menuju bagian-bagian yang dilumasi yang sebelumnya disaring oleh
filter oli. Minyak pelumas yang telah melumasi bagian-bagian yang dilumasi akan
kembali ke karter.
DAFTAR PUSTAKA